Pages

Friday, February 5, 2010

genderang perang

jangan mulai dulu
aku belum siap
kau pun belum
kita saling menahan
rasa panas di dalam

tetapi kau pun akhirnya tak dapat membendung
genderang perang belum berbunyi
tapi kau sudah menembakkan amarah
kata-kata pedas menjadi peluru

kau menikamku dengan pisau kepedihan
laras panjang kau arahkan
jari menarik pelatuk angkara murka
DOR

kecewa
sungguh aku kecewa padamu
kau merubah segalanya

firdaus yang dahulu kurasakan
kau ubah jadi neraka jahanam
gemerincing tawa geli
kau ubah jadi panas sunyi
udara yang hangat
kau ubah jadi badai salju
rasa cinta
kau ubah jadi benci, dendam

dimana kebahagiaan itu?
kau sembunyikan dimana?
kau buang dimana?
tak dapatkah kau merasakan?
ada kehangatan dan keceriaan
yang dulu pernah ada?

atau kau malah iri
karena kau tak pernah merasakannya?
kau tak BISA merasakannya?
apa karena itulah
kau membuangnya?

sungguh
aku sebenarnya menyayangimu
tapi kau membuang muka
kau pandang aku dengan tatapan jijik
hingga akhirnya
medan perang ini harus ada

"kita semua sama!"
tak dapatkah kau mengerti?
kita sama-sama berbagi tawa
kita sama-sama berbagi cuap
tenggelam bersama dalam kebahagiaan

tapi kau hanya memandang dari sudut sana
terdiam, sesaat menoleh
kupingmu tertutup rapat
dari hingar bingar yang ada
buta dalam kesenangan seorang diri

kemanakah semua kenangan manis itu?
akankah kita temukan kembali?
serpih demi serpih yang kini telah hilang?
lalu kita satukan kembali?
mengulang semua dari awal?
berpura-pura seolah ini tak pernah terjadi?

aku selalu berharap
dapat kembali ke masa-masa itu
dimana kita dapat menggali tawa yang terkubur
mencari yang tersisa
menata kembali serpihan-serpihan itu
kembali seperti semula
hanya itu yang kumau

tapi nasi sudah menjadi bubur
apa daya
genderang perang
mau tak mau harus berbunyi
perang telah dimulai
tak dapatkah seorang mendengar?

(aku masih menyayangimu)

No comments:

Post a Comment

LinkWithin