Begitulah petikan kata mutiara yang papa saya katakan tidak lama ini dan kata-kata beliau begitu memukul saya bahwa "tidak semua mimpi menjadi kenyataan". Suatu kontras dari kata mutiara yang biasanya kita dengar terutama apa yang biasanya film-film kartun tersebut katakan kepada anak-anak.
Dreams come true, so never stop dreaming.
Saya tidak bermaksud untuk menjatuhkan impian orang-orang di dunia ini. Saya tidak mau menyabet gelar "pematah semangat dan impian". Bukannya saya tipe orang yang paling tidak senang melihat orang lain bahagia, bukannya saya orang yang mudah cemburu, sebab saya yakin, siapa yang tidak ingin mimpinya terwujud?
Tentu semua orang punya mimpi. Gelandangan di pinggir jalan berangan-angan suatu hari dirinya akan menerima sekoper penuh dengan uang. Seorang anak kecil menganggap dirinya adalah putri cantik yang tinggal di istana mewah dengan pangeran tampan. Seorang anak SMA mempunyai impian untuk masuk ke perguruan tinggi bergengsi. Seorang wanita ingin bertemu suaminya yang sudah meninggal.
Semua orang mempunyai angan-angan. Tetapi yang menjadi pertanyaan, sebenarnya apakah itu angan-angan? Apakah mungkin itu hanyalah wujud refleksi pikiran terhadap dunia realita yang kadang berjalan tidak seperti yang diinginkan? Apakah itu kehidupan lain yang berjalan di dalam pikiran ataukah dimensi paralel?
Manusia bisa saja berusaha untuk mencapai angan-angannya, dan itu merupakan suatu hal yang bagus. Angan-angan terkadang tidak kompak. Angan-angan tidak bisa diajak kompromi dengan realita. Mereka terkadang tidak rukun, oleh karena itu kita sering mendengar ada harapan yang bisa jatuh dan tidak bisa bangkit kembali. Saat hal itu terjadi, sisa-sisa angan-angan itu cenderung akan membendung diri dalam pikiran dan menciptakan dunia utopia, di mana angan-angan selalu terwujud dalam pikiran seseorang.
Apakah kita sanggup menerima kenyataan bahwa realita tidak selalu kompak dengan angan-angan?
Kadang angan-angan bisa saja hidup dalam realita, tetapi bila sang realita menolak, ia bisa saja hanya hidup dan mendiam dalam pikiran. Terkadang angan-angan tak bersifat permanen dan bisa saja berubah dari waktu ke waktu. Seorang gadis yang dulu bermimpi untuk menjadi putri dongeng perlahan akan mulai melupakan keinginan tersebut, seiring dengan bertambahnya umum. Ia akan mengganti angan-angannya dengan yang baru, seperti seseorang yang sudah bosan dengan baju lamanya dan membeli yang baru.
Waktu perlahan mengikis angan-angan yang menetap, layaknya pasir yang terkikis air laut.
No comments:
Post a Comment