Pages

Monday, September 13, 2010

pengelana malam

lonceng memanggil
menyahutkan kemenangan
mesin menderu-deru lembut
tidak sabar ia untuk pergi
menembus dinginnya malam
bermandikan bulan
perlahan ia bergerak statis
hilang ditelan sang gelap
menyandera mimpi
kereta pengelana malam
kinipun ia tlah pergi
menjelajahi liarnya alam
menuju tempat
di mana sang surya
menaruhkan cahaya emasnya

Sunday, September 12, 2010

reuni

halo,

aku kembali malam ini
ke dalam temarammu
memeluk kerlip cahayamu
berpijak pada tanah bumimu
dulu kau jauh dariku
kini aku berlari pulang ke pangkuanmu
berada di antara dirimu


halo,

ingatkah kau padaku?
ruangan ini membungkus kita erat
dinding melontarkan gema tawa kita
lantai hangat menjadi alas pijak kaki kita
tempat kau mengantarku pergi dari dirimu

halo,

aku sudah sampai di pelukanmu
tetapi kini ruangan ini tidak sama
walau bisa kudengar sayup gelak tawa itu
bergema dari ujung koridor
gambar buram itu berkedip
bagai gulungan film yang berputar
memperlihatkan senyumanmu


halo,

kini aku hanya bisa melihatmu dari jauh
kau berada jauh disana
terpisahkan oleh dinding kaca ini
sayang,
tangan ini terlalu lemah
untuk memecahkannya
hanya ada aku dan koridor dingin ini
serta hembusan angin
mengisi kekosongan di hati
perlahan angin membawa pergi suaramu
menarik senyumanmu
dari hadapanku


halo,

sang burung besi tlah datang
menanti untuk pergi
membawaku ke tempat jauh
jauh, jauh sekali darimu sayang
tinggi sekali aku dibawanya
dan kini kau terlihat kecil dari atas sini
dan perlahan menghilang
ditelan angkasa


halo,

sampai jumpa lain waktu


aku akan kembali nanti
untuk memelukmu erat


dan takkan kulepaskan

- taipei, 8 agustus 2010 -

Saturday, September 11, 2010

angan-angan yang menjatuhkan

NOT ALL DREAMS DO COME TRUE


Begitulah petikan kata mutiara yang papa saya katakan tidak lama ini dan kata-kata beliau begitu memukul saya bahwa "tidak semua mimpi menjadi kenyataan". Suatu kontras dari kata mutiara yang biasanya kita dengar terutama apa yang biasanya film-film kartun tersebut katakan kepada anak-anak.

Dreams come true, so never stop dreaming.

Saya tidak bermaksud untuk menjatuhkan impian orang-orang di dunia ini. Saya tidak mau menyabet gelar "pematah semangat dan impian". Bukannya saya tipe orang yang paling tidak senang melihat orang lain bahagia, bukannya saya orang yang mudah cemburu, sebab saya yakin, siapa yang tidak ingin mimpinya terwujud?

Tentu semua orang punya mimpi. Gelandangan di pinggir jalan berangan-angan suatu hari dirinya akan menerima sekoper penuh dengan uang. Seorang anak kecil menganggap dirinya adalah putri cantik yang tinggal di istana mewah dengan pangeran tampan. Seorang anak SMA mempunyai impian untuk masuk ke perguruan tinggi bergengsi. Seorang wanita ingin bertemu suaminya yang sudah meninggal.

Semua orang mempunyai angan-angan. Tetapi yang menjadi pertanyaan, sebenarnya apakah itu angan-angan? Apakah mungkin itu hanyalah wujud refleksi pikiran terhadap dunia realita yang kadang berjalan tidak seperti yang diinginkan? Apakah itu kehidupan lain yang berjalan di dalam pikiran ataukah dimensi paralel?

Manusia bisa saja berusaha untuk mencapai angan-angannya, dan itu merupakan suatu hal yang bagus. Angan-angan terkadang tidak kompak. Angan-angan tidak bisa diajak kompromi dengan realita. Mereka terkadang tidak rukun, oleh karena itu kita sering mendengar ada harapan yang bisa jatuh dan tidak bisa bangkit kembali. Saat hal itu terjadi, sisa-sisa angan-angan itu cenderung akan membendung diri dalam pikiran dan menciptakan dunia utopia, di mana angan-angan selalu terwujud dalam pikiran seseorang.

Apakah kita sanggup menerima kenyataan bahwa realita tidak selalu kompak dengan angan-angan?

Kadang angan-angan bisa saja hidup dalam realita, tetapi bila sang realita menolak, ia bisa saja hanya hidup dan mendiam dalam pikiran. Terkadang angan-angan tak bersifat permanen dan bisa saja berubah dari waktu ke waktu. Seorang gadis yang dulu bermimpi untuk menjadi putri dongeng perlahan akan mulai melupakan keinginan tersebut, seiring dengan bertambahnya umum. Ia akan mengganti angan-angannya dengan yang baru, seperti seseorang yang sudah bosan dengan baju lamanya dan membeli yang baru.




Waktu perlahan mengikis angan-angan yang menetap, layaknya pasir yang terkikis air laut.

Monday, August 16, 2010

Ada sebuah dinding menjulang tinggi di hadapan saya
Apa yang ada di balik dinding itu, sayapun tidak tahu

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah

Beranikah saya mencari tahu?
Memanjat dinding itu?
Mencari kebenaran dan rahasia di balik dinding itu?
Mungkin saja dibaliknya tersembunyi sebuah jalan
Yang mengarah kemana entah saya tidak tahu

Hari esok akan menjadi penentu
Awal bagi semuanya, untuk saya memulai petualangan ini
Melintasi berbagai rintangan, kelok, atau liku di jalan
Tujuan akhir yang berkilau untuk kemudian dicapai

Selamat berjuang kawan
Dimanapun kamu berada
Mari kita singsingkan lengan baju
Kita akan segera menanggalkan kehidupan lama

Dan memulai lembar baru mulai esok
Dunia baru kita telah menanti untuk dijelajahi


Sunnyvale 2010

Friday, August 13, 2010

august meteor shower

Malam itu saya terduduk di serambi depan

Menyeruput segelas susu cokelat yang hangat

Sang angin sedang tidak bersahabat

Sudah tahu dingin, angin masih saja bertiup

Langit tiada berbintang dan berawan

Tiada pula saya mendengar suara jangkrik yang rajin bernyanyi

Hanya ada titik-titik cahaya kecil di angkasa menemani saya

Dinginnya kayu serambi serta sekepul asap melayang dari gelas susu

Disitulah saya melihatnya

Setitik sinar panjang terpampang di tengah kegelapan malam

Satu, dua, tiga, empat

Kemudian bertambah menjadi banyak

Alangkah menariknya ketika saya melihat mereka

Menari, bercanda tawa, tetapi tiada suara yang keluar

Tak ada musik yang mengiringi tarian mereka

Mereka bergerak mendekati saya saat itu

Berusaha menggapai dan menyapa

Seolah mereka terdiam dan berbisu

Gravitasi menarik mereka

Namun mereka jatuh tak bersuara

Hanya berkomunikasi dengan gerakan statis, lurus, tetapi menarik

Seperti menari

Sayang jarak kami tak begitu dekat

Saya hanya melambaikan tangan ke mereka

Dan mereka melambai kembali

Hati kecil saya kemudian berkata

“Buatlah permohonan.”

Lalu saya menggumamkan permohonan saya

Saya berpikir

Apakah mereka mendengarkan apa yang saya inginkan?

Apakah mungkin mereka akan mengabulkannya?

Ah terserahlah tentang itu

Yang penting saat itu saya tiba-tiba tidak merasa sendirian saya

Malam yang kelam dan sunyi

Mendadak menjadi berwarna karena kehadiran mereka

Beberapa saat kemudian mereka pun lenyap satu persatu

Hilang entah mungkin sang bumi menelan mereka

Langit pun kembali seperti semula

Gelap dan tiada berbintang

Susu coklat saya sudah mendingin dan jam menunjukkan pukul 1 dini hari

Kaki ini sungguh terasa berat bagi saya untuk bergerak

Rasanya saya tidak ingin meninggalkan serambi ini

Atau tepatnya, saya tidak ingin mereka meninggalkan saya

Tapi saya yakin saya akan bertemu dengan mereka lagi

Agustus tahun depan…

Friday, August 6, 2010

Thus a friendship was made...

Dear friends,

Do you remember
The first time we met?
We were just bunch of strangers

It wasn't until
I looked upon you
You gazed upon my face
Yet no words spoken out of our lips
Just silence filled the space

You walked over to me
Till I heard laughter escapes your mouth
Till I saw your smile curved on your face
That, was our first talk

Let those skyscapers
Those sidewalks
Those walls and rooms
Become our mute witness

Have you realized dear friends
Miles we have passed
Places we have visited
Corners we have explored
Hours we have spent

How joyful those moments were
How we hoped they wouldn't last
Let us not forget
History we happened to make
Memories we have come to carve
Waiting for us to cherish

Our journey is like a book
Everytime the day changed
A new page began
In it we filled with memories

Dear friends
That now we have come to the end
After three weeks
Twenty one days
Those times felt like split seconds
The book was complete

Your cries recorded in heart
Your laughter echoes in mind
Still left in mind how you held me tight
Feeling the strong bond we've formed
Not wanting for me to let go

Yet time is unfair dear friends
It raced before us
It hesitated to wait
Nor stop to let that moment freeze

Yet don't you dare wave your hand at me
For this is not a good bye
This is just the beginning
Another journey awaits

Dear friends,
Now we are miles away
The sky spreads between us
The ocean stands before us

If I can paint the sky,
Let me paint it with our memories
If I can speak to the blowing wind
Let it bring my message upon you

Dear friends,
Let us treasure every moment
We have spent
For this amazing journey is a valuable one
We vowed to keep

So long my friends
May I see you in another time


Jakarta 2010
By Carissa
--------------------------------

Dedicated to all my friends participated in Taiwan Study Tour
Especially our beloved fu dao yuan: Xi Bao, Xiao Xin, and Pizza

Monday, March 1, 2010

cekcok

blah blah
saya bilang blah
kamu bilang blah blah blah
adu ini tak pernah berakhir, bung
kalau kata-kata pedas itu terus terlontar
seperti meriam perang

bukan masalah besar
saya tak meminta bantuanmu
hanya opini sederhana saja
hal itupun sudah berlalu
tapi amarahmu malah meluap-luap
lidah yang menjadi gunung api
kamu cecar saya dengan tuntutan belaka
"kamu salah, ini itu!"
BLAH!

kawan
saya tak mau adu mulut
kamu memang kasar kawan
hati-hati terhadap mulutmu
jangan harap saya lontarkan kata "maaf."
saya tak layak katakan itu
saya tahu saya tidak salah maupun benar
tapi kamu dengan sengaja
mencoba membuat saya merasa bersalah

pojokkan saja saya terus
cecar saya dengan hina
bila itu maumu
sampai hatimu tertawa puas
sampai kata "maaf" ini keluar
jangan harap itu terjadi

sampai kapan ludah ini harus mengucur deras
bak banjir bandang yang perlahan menenggelamkan saya
sampai kapan mulut kita terus beradu
bergulat dengan padu

saya lelah
lebih baik saya diam
daripada teruskan ini
tanpa ada jalan keluar

sesaat kemudian
pergulatan ini berakhir
saya teringat sesuatu
sesuatu yang sangat mendasar
yang saya tak pernah sadari
saya

PEOPLE ARE NATURALLY DEFENSIVE

sekarang saya diam
kamu senang?
mungkin
tapi kamu jelas bukan sang pemenang

Thursday, February 25, 2010

come to think of it

Is it true that when you don’t wish for something, that thing comes to you, but when it’s gone, you beg for it to return but it never happens?

Tuesday, February 23, 2010

hari ini tahun lalu

23 februari 2009

hawa dingin musim dingin menusuk
saya larut dalam kebahagiaan yang datang bertubi-tubi kala itu
segelintir gambar terlintas
pancarkan warna warni gemerlap
mengendap di pikiran seolah tak ingin pergi
terekam dalam diri

tawa canda menghantui
lagu-lagu itu bagai terputar di benak dengan sendirinya
ah, pasti mimpi

hati bersukacita
pikiran terasa ringan
otak bagai terlempar jauh ke angkasa
tinggi, tinggi sekali

aku terbang
mulut membuka, mengucapkan dua patah kata
"aku bebas!"
kegembiraan yang sungguh tak dapat dijelaskan dengan kata-kata

"lihat aku! aku terbang tinggi, jauh sekali dari tempatmu.
aku dapat tertawa bebas di tempat ini
melepaskan segala rasa letih yang ada
sementara kau mendekam di sana
menjalani kehidupan yang tiada pernah berubah!"

bisik hati kecilku
"ini cuma sebuah pelarian
kamu tak bisa mengharapkan ini untuk berakhir selamanya
cepat atau lambat kamu akan kembali
kamu relakan lidahmu ucapkan dusta
untuk menyembunyikan rasa sukacitamu
di surga dunia ini."

mulanya saya tak mengharapkan ini semua terjadi
semua terjadi hanya begitu saja
dan semua keraguan berganti sukacita

hingar bingar itu perlahan lenyap
ditelan waktu

23 februari 2010

mataku terpaku
pada tulisan-tulisan yang berbaris rapi di hadapanku
setahun sudah
dan surga dunia itu walau bagaimanapun harus berakhir pula

setahun sudah
dan sukacita perlahan hilang
hingar bingar pawai berubah menjadi ruangan dingin
hawa dingin musim dingin menjadi hawa dingin musim hujan
warna warni dan kelap kelip lampu menjadi warna biru pucat
suara jeritan dan tawa menjadi sepi senyap

hanya ada saya sendiri
serta tulisan-tulisan
memandang saya tajam dengan ragu
jam dinding menuntut untuk berjalan terus
menyusuri kata demi kata
pertanyaan demi pertanyaan

tangan tergores, membentuk bulat hitam
saya menatap kosong tulisan-tulisan di depan muka
yang kemudian kabur
berganti oleh kelap kelip lampu
sesaat saya kembali ke masa itu
suara pawai, terompet, dan lagu gembira terputar di benak
tawa canda anak-anak membahana di sekitar saya

saya kembali larut dalam kegembiraan itu
saya kembali ke surga dunia
saya kembali ke sukacita sesaat

saya seperti mabuk
dibutakan oleh kesenangan
kembali saya tenggelam
dalam suasana tanggal 23 februari 2009

tatkala lonceng berbunyi
semua gambar pudar
kelap kelip dan warna warni lampu
suara bising pawai
menjadi kabur...perlahan hilang

sekarang
hanya ada saya dan tulisan-tulisan ini
lembar kertas biru ini
dan sebatang alat penentu masa depan
di tanggal 23 februari 2010

sekarang setahun kemudian,
hati saya meronta
"bawalah saya kembali ke masa itu
sebuah pesta kecil tanggal 23 februari 2009
saya ingin rasakan semua pelarian
menyimpan segala rasa bersalah yang ada
mengucapkan dusta itu lagi!"



23 februari 2009
hanya hidup dalam kenangan
yang tinggal menunggu untuk diputar kembali

Friday, February 5, 2010

kosong.

Ruangan ini begitu kecil
Begitu pengap
Debu menutupi lantai
Masuki paru-paru

Gelap
Aku buta karenanya
Dinding-dinding ini begitu tinggi
Jendela tertutup
Seperti mendung menghalangi surya
Percuma saja tangan kecil ini menggapainya
Membuka mendung itu

Namun sia-sia saja
Aku pun terjatuh,
Terjatuh
Di lubang yang rasanya tak berdasar

Saat kubuka mata
Ruangan kecil inilah yang kembali menyambutnya
Sial
Ingin rasanya otot-otot ini merenggang
Berhenti untuk tegang

Tak terasa
Ruangan ini terasa semakin sempit
Pita suaraku tertahan, terdorong
Isi otakku ingin keluar
Jantungku berdetak tak keruan
Seolah, badan ini tahu apa yang kurasakan

“Tolong aku!”
Aku didera olehnya!
Namun tak seorang pun mendengar
Tebalnya dinding nan mendung meresap suaraku
Ruangan ini semakin sempit
Menghimpit tubuh kecilku

“Tolong aku!”
Suaraku hilang ditelan udara
Tak pekakah telinga mereka?
Telinga yang tersumbat
Oleh bualan-bualan belaka

Perlahan tubuhku hancur dihimpit sang mendung
Lalu hilang, kosong


................

kami bukan tikus

Hei kawan
Ada sesuatu yang ingin kutanya
Tahukah engkau apa itu tikus?

Lalu engkau jawab,
Oh tikus itu hewan kecil
Suka berdiam di lubang-lubang rumah
Atau bersembunyi di kotornya got

Lanjut engkau,
Oh tikus itu hewan kotor
Keju busuk dan sampahpun
Dimakannya

Lanjut engkau,
Oh tikus itu hewan yang dibenci
Kehadirannya tak diinginkan manusia
Begitu jijik mereka selalu muak melihat tikus

Lanjut engkau,
Oh tikus itu hewan yang tak berdaya
Betapa rapuh dan lemahnya mereka
Tak usah kau gunakan racun
Diinjakpun mereka sudah mati

Tetapi,
Tahukah engkau, wahai kawan?
Bahwa seekor tikus kecilpun
Memiliki harapan besar
Untuk dikenal, disegani, diakui
Disayang sebagaimana ia memiliki majikan
Layaknya manusia
Yang memanjakan kucing-kucing mereka

Tahukah engkau, wahai kawan?
Tikus-tikus ini ingin berseru
Namun suara cit-cit mereka
Hanya akan diabaikan

Tahukah engkau, wahai kawan?
Kami pun juga begitu
Kami mungkin kecil
Tapi dengarkanlah suara cit-cit kami
Kami tak tinggal di got
Kami tak makan keju buangan
Kami tak kotor atau jijik

Tahukah engkau kawan?
Kami tak seperti yang engkau kira
Karena,
Kami bukan tikus

Jakarta, 29 Oktober 2009

genderang perang

jangan mulai dulu
aku belum siap
kau pun belum
kita saling menahan
rasa panas di dalam

tetapi kau pun akhirnya tak dapat membendung
genderang perang belum berbunyi
tapi kau sudah menembakkan amarah
kata-kata pedas menjadi peluru

kau menikamku dengan pisau kepedihan
laras panjang kau arahkan
jari menarik pelatuk angkara murka
DOR

kecewa
sungguh aku kecewa padamu
kau merubah segalanya

firdaus yang dahulu kurasakan
kau ubah jadi neraka jahanam
gemerincing tawa geli
kau ubah jadi panas sunyi
udara yang hangat
kau ubah jadi badai salju
rasa cinta
kau ubah jadi benci, dendam

dimana kebahagiaan itu?
kau sembunyikan dimana?
kau buang dimana?
tak dapatkah kau merasakan?
ada kehangatan dan keceriaan
yang dulu pernah ada?

atau kau malah iri
karena kau tak pernah merasakannya?
kau tak BISA merasakannya?
apa karena itulah
kau membuangnya?

sungguh
aku sebenarnya menyayangimu
tapi kau membuang muka
kau pandang aku dengan tatapan jijik
hingga akhirnya
medan perang ini harus ada

"kita semua sama!"
tak dapatkah kau mengerti?
kita sama-sama berbagi tawa
kita sama-sama berbagi cuap
tenggelam bersama dalam kebahagiaan

tapi kau hanya memandang dari sudut sana
terdiam, sesaat menoleh
kupingmu tertutup rapat
dari hingar bingar yang ada
buta dalam kesenangan seorang diri

kemanakah semua kenangan manis itu?
akankah kita temukan kembali?
serpih demi serpih yang kini telah hilang?
lalu kita satukan kembali?
mengulang semua dari awal?
berpura-pura seolah ini tak pernah terjadi?

aku selalu berharap
dapat kembali ke masa-masa itu
dimana kita dapat menggali tawa yang terkubur
mencari yang tersisa
menata kembali serpihan-serpihan itu
kembali seperti semula
hanya itu yang kumau

tapi nasi sudah menjadi bubur
apa daya
genderang perang
mau tak mau harus berbunyi
perang telah dimulai
tak dapatkah seorang mendengar?

(aku masih menyayangimu)

satu kata akan ketidakadilan

Kau tuliskan satu kata
Mengandung ribuan makna
Hanya berujung dengan tanda tanya
Lalu terlontarlah kata tersebut
dalam pertanyaan yang kau tulis

Kenapa?
Satu kata akan adanya ketidakadilan di dunia
Kenapa begini, begitu?
Kenapa ini terjadi, itu terjadi?
Kenapa ia tidak membalas cintamu?
Kenapa manusia saling membenci?
Kenapa manusia saling membunuh?
Kenapa ia tak kunjung datang?
Kenapa manusia begitu egois?
Kenapa manusia dipermainkan oleh kenyataan?
Kenapa keberuntungan hanya terjadi sesaat?
Kenapa pertemuan manis berakhir begitu cepat?
Kenapa lelaki bercinta dengan lelaki,
perempuan bercinta dengan perempuan?
Kenapa hujan tidak turun di musim kering?
Kenapa sang ayah yang berpisah dengan sang ibu?
Kenapa ajal menjemput begitu cepat?
Kenapa ada yang lemah dan ada yang kuat?
Kenapa mereka yang tak memiliki apapun sanggup tidur beralaskan semen tepi jalan,
sementara mereka yang lain tidur beralaskan kasur hangat?
Kenapa waktu berjalan dengan cepat?
Kenapa selalu ada perpisahan?
Kenapa tak seorangpun bisa mengubah bubur menjadi nasi?
Kenapa, kenapa?

Pertanyaan itu terus mengalir dari mulutmu
Bendunglah pertanyaan itu
Dengan jawabannya

Adakah seorang memilikinya?
Dari sekian banyak KENAPA yang muncul di benak jutaan manusia di muka bumi ini
Untuk itulah kita hidup bung
Untuk mencari jawaban dan KENAPA yang terlintas di benak kita masing-masing
Untuk mencari jawaban yang tersebar di seluruh bumi ini

Jawaban yang kita itu bukanlah pintu gerbang jalan tol
Melainkan akhir dari jalan kecil
Sempit, dan berliku
Yang kita takkan pernah tahu
Kapan jalan itu akan berakhir

Thursday, February 4, 2010

senyummu warnai duniaku

Selembut lembayung senja

Selebar pelangi usai rintik hujan

Kulihat kau di balik itu

Berdiri dengan bangga di atas sana

Menorehkan itu di bibirmu yang tipis

Untaian putih cemerlang

Berderet dengan rapinya

Kesempurnaan terpancar


Matamu sendu

Tidak berbinar-binar

Wajahmu serentak berseri

Sebagaimana untaian putih

merapat, berbaris rapi di mulutmu

memancarkan pesona

Deretan putih yang seolah berkata,


"Lihatlah aku!

begitu putih,

sempurna,

cemerlang!

Sehingga tiadalah yang tak mengagumiku."


Kala itu kau tersipu

Menyembunyikan semua kejayaanmu

Aku ingin tertawa melihat pipimu memerah

Kawan, kau mengingatkanku akan sang surya

Yang bersembunyi dengan malu

Terpukau akan kilaunya sendiri

Dari balik garis langit


Keluarlah dari sana, kawan

Pancarkanlah sinar agung itu

Tertawalah

Tersenyumlah


Janganlah kau sembunyikan

Pesona yang ada dalam dirimu

Janganlah kau sembunyikan

Hangatkan hatiku

Cerahkanlah hariku

Warnailah duniaku

Dengan kilauan yang menepis segala lara

Senyuman

Yang terlukis di bibirmu




LinkWithin