Pages

Friday, August 13, 2010

august meteor shower

Malam itu saya terduduk di serambi depan

Menyeruput segelas susu cokelat yang hangat

Sang angin sedang tidak bersahabat

Sudah tahu dingin, angin masih saja bertiup

Langit tiada berbintang dan berawan

Tiada pula saya mendengar suara jangkrik yang rajin bernyanyi

Hanya ada titik-titik cahaya kecil di angkasa menemani saya

Dinginnya kayu serambi serta sekepul asap melayang dari gelas susu

Disitulah saya melihatnya

Setitik sinar panjang terpampang di tengah kegelapan malam

Satu, dua, tiga, empat

Kemudian bertambah menjadi banyak

Alangkah menariknya ketika saya melihat mereka

Menari, bercanda tawa, tetapi tiada suara yang keluar

Tak ada musik yang mengiringi tarian mereka

Mereka bergerak mendekati saya saat itu

Berusaha menggapai dan menyapa

Seolah mereka terdiam dan berbisu

Gravitasi menarik mereka

Namun mereka jatuh tak bersuara

Hanya berkomunikasi dengan gerakan statis, lurus, tetapi menarik

Seperti menari

Sayang jarak kami tak begitu dekat

Saya hanya melambaikan tangan ke mereka

Dan mereka melambai kembali

Hati kecil saya kemudian berkata

“Buatlah permohonan.”

Lalu saya menggumamkan permohonan saya

Saya berpikir

Apakah mereka mendengarkan apa yang saya inginkan?

Apakah mungkin mereka akan mengabulkannya?

Ah terserahlah tentang itu

Yang penting saat itu saya tiba-tiba tidak merasa sendirian saya

Malam yang kelam dan sunyi

Mendadak menjadi berwarna karena kehadiran mereka

Beberapa saat kemudian mereka pun lenyap satu persatu

Hilang entah mungkin sang bumi menelan mereka

Langit pun kembali seperti semula

Gelap dan tiada berbintang

Susu coklat saya sudah mendingin dan jam menunjukkan pukul 1 dini hari

Kaki ini sungguh terasa berat bagi saya untuk bergerak

Rasanya saya tidak ingin meninggalkan serambi ini

Atau tepatnya, saya tidak ingin mereka meninggalkan saya

Tapi saya yakin saya akan bertemu dengan mereka lagi

Agustus tahun depan…

No comments:

Post a Comment

LinkWithin